Opini

Studi Kasus Imbas Proyek Flyover JPL 64 Krian

64
×

Studi Kasus Imbas Proyek Flyover JPL 64 Krian

Sebarkan artikel ini
Flyover
kondisi flyover Jalur Perlintasan Langsung (JPL) 6 Krian

BERITABANGSA.COM-SIDOARJO– Proyek flyover Jalur Perlintasan Langsung (JPL) 64, dibangun untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi di Krian.

Diketahui bahwa Kecamatan Krian menjadi daerah penghubung antar kota mulai dari arah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik.

Scroll untuk melihat berita

Beberapa titik lokasi daerah rawan macet sering kali terjadi di simpang lima Krian, Puskesmas, di Jalan Setiabudi dan perlintasan kereta api di Jalan Kiai Mojo.

Dinas Perhubungan (Dishub) Sidoarjo menempatkan Jalan Kiai Mojo dan Jalan M Yamin sebagai tiitk lokasi proyek flyover JPL 64 Krian.

Ditargetkan akan rampung pada akhir 2023. Proyek ini dimulai pada September dan telah melakukan pembongkaran lahan bangunan yang terdampak pada Maret.

Untuk mengatasi kemacetan, Dinas Perhubungan memberlakukan jalur satu arah di Jalan Kiai Mojo.

Sementara masyarakat dialihkan ke jalur alternatif.

Meski separuh jalan telah ditutup, tetap tidak mengurangi intensitas kemacetan. Karena banyak anak sekolah dan masyarakat yang hendak bekerja menuju arah Sidoarjo ataupun sebaliknya.

Masyarakat lebih memilih terjebak macet karena Jalan Kiai Mojo menjadi jalur utama dan rute yang terdekat.

Apalagi ketika pagi dan sore hari, kemacetan tidak dapat dihindari.
Imbas dari proyek ini adalah masyarakat dialihkan ke Jalan Katerungan sebagai upaya mengurangi kemacetan.

Padahal jalan ini merupakan kawasan padat penduduk dan kondisi jalan banyak yang rusak. Di sisi lain, ternyata beberapa jalur alternatif juga terlihat sedang melakukan perbaikan jalan. Seperti yang terlihat di Jalan Junwangi, perbaikan jalan dilakukan di sepanjang desa sampai ditutup total.

Penulis memandang jalur alternatif tidak dapat dijadikan sebagai pengganti jalur utama.

Penyebabnya, pembangunan proyek flyover dan perbaikan jalan yang dilakukan di waktu bersamaan.

Kondisi jalan sempit dan hanya satu arah menjadi penghambat pengendara.

Belum lagi banyak orang tua yang mengantar dan menjemput anak-anak sekolah.

Pembangunan proyek perumahan pun turut menambah kemacetan karena terhambat dengan lalu lalang kendaraan proyek.

Jika masyarakat dialihkan ke semua jalur alternatif, bukan tidak mungkin jalur tersebut juga menjadi macet.

Jalur utama menjadi macet karena imbas proyek flyover. Jalur alternatif juga macet karena perbaikan jalan rusak dan kawasan padat penduduk.

Lalu bagaimana masyarakat sekitar dan pengguna jalan lainnya dapat mengatasi kemacetan?

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.com

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *