Humanity

Di Hari Ibu 2022, Kepemimpinan Perempuan di Indonesia Masih Minim

144
×

Di Hari Ibu 2022, Kepemimpinan Perempuan di Indonesia Masih Minim

Sebarkan artikel ini
Hari Ibu

BERITABANGSA.COM-SURABAYA– Peran perempuan di negeri ini masih belum optimal. Di lihat dari sisi kepemimpinan, jumlah perempuan masih minim di tampuk kekuasaan.

Berdasarkan data dari KPU pada 2019, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif baru 20,8 persen.

Bahkan saat ini, komposisi menteri yang dijabat oleh perempuan hanya berjumlah 5 dari total 34 menteri yang ada.

Ironisnya, cuma 6% CEO dan kursi direksi di Indonesia yang diisi oleh perempuan.

Demikian diungkapkan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat menyambut peringatan Hari Ibu, 22 Desember.

Untuk itu pihaknya, menjadikan momentum hari ibu untuk bisa mendorong agar ke depan peran perempuan lebih meningkat lagi.

“Sudah banyak penelitian yang membuktikan kalau kepemimpinan perempuan bisa membawa dampak positif pada instansi dan iklim kerja di lapangan,” tandas Khofifah.

Tepat, hari Kamis, 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu Nasional.
Ibu sebagai perempuan pendidik utama generasi bangsa.

Ibu dikenal sebagai tiang negara dan perempuan sebagai tiang agama. Jika ibu dan kaum perempuan rusak maka rusaklah negara dan agama.

Untuk itu kaum perempuan harus didorong untuk lebih berperan dalam kepemimpinan, akses pendidikan, ekonomi, dan bidang lain. Jika perempuan berdaya maka Indonesia akan tangguh.

Terutama juga menjadi variabel penentu pencegahan pernikahan dini di masyarakat.

“Memperingati Hari Ibu, selain merayakan capaian dan jasa yang telah dilakukan seluruh ibu di Indonesia, kita juga harus fokus memberdayakan perempuan. Jika perempuan sudah berdaya, maka kemajuan Indonesia adalah sebuah keniscayaan,” ujarnya di Gedung negata Grahadi, Kamis (22/12/2022).

Untuk di bidang pendidikan, gubernur perempuan pertama Jatim itu menekankan bahwa masih ada anak bangsa yang kesulitan mengakses, terutama yang tinggal di daerah terpencil.

“Alhamdulillah sekarang negara dan dunia sudah sepakat bahwa pendidikan itu hak setiap orang. Tapi suka tidak suka, budaya patriarkat masih cukup kuat,” tuturnya.

“Ini biasanya sangat terasa di daerah dan banyak keluarga lebih mengutamakan pendidikan untuk anak laki-laki. Maka intervensi pemerintah dalam hal ini harus sampai wilayah lebih luas agar kesetaraan perlakuan dan kesempatan lebih luas lagi,” tambah Khofifah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *