Daerah

Kasad TNI Izinkan Pemkab Sidoarjo, Revitalisasi Makam Guru KH Hasyim Asyari

80
×

Kasad TNI Izinkan Pemkab Sidoarjo, Revitalisasi Makam Guru KH Hasyim Asyari

Sebarkan artikel ini

BERITABANGSA.COM-SIDOARJO- Komplek makam Kiai sepuh Pondok Pesantren Sono, Desa Sidokerto Kecamatan Buduran bakal segera direnovasi Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Komplek makam di dalam Asrama TNI Guspujat Optronik II Puspalad itu terdapat makam ulama yang juga guru KH Hasyim Asyari Tebuireng Jombang, Pendiri Organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Ulama besar itu antara lain, KH Muhayyin Pendiri Pondok Pesantren Sono dan dua putranya KH Abu Mansur dan KH Zarkasyi.

Ayah dari Waliyullah KH. Ali Mas’ud (Mbah Ud), yakni KH Said juga dimakamkan di tempat ini. Sedangkan Mbah Ud sendiri makamnya terletak di makam umum Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran. Dekat makam Kiai Sepuh Sono.

Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menyampaikan terimakasih kepada Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurahman yang telah mengizinkan Pemkab Sidoarjo merevitalisasi makam-makam ulama sesepuh kota Sidoarjo itu.

Jenderal TNI Dudung Abdurrahman bahkan berkunjung langsung ke Guspujat untuk ziarah makam Kiai Sepuh Sidoarjo pejuang di era penjajahan. Kedatangan Jenderal bintang empat itu disambut Gus Muhdlor dan didampingi berziarah.

Jenderal Dudung mengatakan pihaknya bersama Pangdam V Brawijaya dan Bupati Sidoarjo meninjau langsung situs makam para leluhur pendiri NU, makam gurunya KH Hasyim Asyari.

“Kebetulan makam tersebut letaknya di kompleks militer. Komplek Asrama TNI AD Guspujad Optronik II Puspalad di Desa Sudokerto Kecamatan Buduran Sidoarjo. Kami izinkan Pemkab Sidoarjo akan melakukan revitalisasi demi untuk memudahkan masyarakat mendapatkan akses,” kata Dudung di makam, Minggu (19/6/2022).

Dudung menceritakan para syuhada, para kiai- kiai dalam mempertahankan kemerdekaan mengatur strategi perang di Pondok Sono. Saat pendudukan zaman Jepang, tempat inilah dipakai jadi makam para syuhada.

Di tempat ini para leluhur guru pendiri NU dimakamkan. Kemudian setelah diambil alih lagi oleh TNI saat itu, lalu dijadikan kompleks militer dan menjadi gudang senjata Puspalad (Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat).

“Kemudian saya mendapat masukan dari Bupati Sidoarjo, bahwa tempat ini banyak peziarah yang datang ke makam kiai sepuh. Akses masuk ke makam sangat kecil, lebarnya hanya 1 meter, sehingga dimohonkan kepada saya untuk dilebarkan. Nantinya di sini akan menjadi obyek wisata religi bagi peziarah. Tentunya ini sifatnya pinjam pakai, dan tetap aset angkatan darat, aset negara,” jelas Dudung.

“Bapak bupati juga bisa nantinya membangun untuk kepentingan dan kemaslahatan umat, sehingga masyarakat khususnya warga NU bisa leluasa berziarah di sini. Saya selaku kepala staf TNI AD mengizinkan untuk lingkungan pemakaman ini disempurnakan menjadi area yg bermanfaat, khususnya bagi umat Islam, karena memang yang dimakamkan disini adalah dulunya penyebar agama Islam, sesepuh-sesepuh kiai-kiai kita,” terang Dudung.

Sementara itu Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menyambut positif Kasad Jenderal TNI Dudung mengizinkan makam itu direvitalisasi. Karena ini adalah makam tokoh-tokoh cikal bakal berdirinya NU. Makam ini terletak di Pondok Pesantren Sono. Salah satu pondok tertua di Sidoarjo.

Di antara yang pernah belajar di Pondok Sono, yakni KH Hasyim Asyari Tebu Ireng Jombang, KH Abd Karim pendiri Ponpes Lirboyo, KH Jazuli Usman pendiri Pondok Pesantren Ploso Kediri dan tokoh-tokoh kiai besar nasional lainnya ditempa dan menimba ilmu di pondok Sono ini.

“Di komplek ini terdapat makam ayah, kakek dan buyut Mbah Ud. Yaitu KH. Said (ayah Mbah Ud), KH Zarkasyi (kakek Mbah Ud) dan KH Muhayyin (buyut Mbah Ud). Jadi ini adalah kompleks makam keluarga pendiri Pondok Pesantren Sono. Banyak kyai besar pernah menuntut ilmu di dua pesantren sepuh Sidoarjo yakni Pondok Sono dan Pondok Pesantren Siwalan Panji Buduran,” kata Gus Muhdlor.

Betapa pentingnya makam ini bagi masyarakat Sidoarjo. Alasannya adalah bukti bahwa kota Sidoarjo 200 tahun lalu menjadi pusat peradaban pendidikan Islam.

Sehingga semua harus merasa menerima tongkat estafet para pendahulu (kiai sepuh Sidoarjo), daj mendorong lebih semangat dalam memperjuangkan pendidikan Islam warisannya.

“Kami sampaikan terimakasih sebesar besarnya kepada pak Kasad Jenderal Dudung Abdurrahman karena sudah memberikan izin bagi kami. Ini merupakan penghargaan bagi kami. Atas nama pribadi dan Pemkab Sidoarjo sudah kami sampaikan kepada kyai sepuh, semuanya mendukung, dan responnya positif,” ujar Gus Muhdlor.

Gus Muhdlor menambahkan, alasannya adalah karena komplek makam Kyai Pondok Sono tersebut simbol sejarah pergerakan dan perjuangan tokoh Sidoarjo.

“Terimakasih Pak KASAD atas kehadirannya, atensinya, semoga ini jadi ladang pahala bagi semua. Doa kami untuk pak Kasad atas nama pribadi dan seluruh masyarakat Sidoarjo, semoga beliau sehat selalu, panjang umur, dan karirnya lebih cemerlang. Ini pertama kalinya kami bertemu seorang Jenderal yang punya atensi lebih, punya perhatian pada cagar budaya, heritage peninggalan masa lampau yang bisa menjadi suatu potensi, karakter Kabupaten Sidoarjo ke depannya,” urainya.

“Sekali lagi Pak Kasad, ini kado terindah bagi kami. Dan komitmen untuk saling memperbaiki, saling melengkapi menjadi tanggung jawab kami ke depannya,” tandas Gus Muhdlor.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google Beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *