Daerah

Di Ponpes Tebuireng Jombang, BNPT Deklarasi Toleransi

55
×

Di Ponpes Tebuireng Jombang, BNPT Deklarasi Toleransi

Sebarkan artikel ini
BNPT Tebuireng
Tampak ketika acara deklarasi toleransi berlangsung di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Foto : Faiz

BERITABANGSA.COM-JOMBANG – Momentum Hari Santri Nasional yang ke -7 dikemas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan menggelar deklarasi toleransi di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Acara digelar pada Minggu, (23/10/2022) di aula gedung KH M Yusuf Hasyim ini diikuti puluhan peserta dari berbagai umat beragama, akademisi, dan pemerintahan di Kabupaten Jombang.

Scroll untuk melihat berita

Kepala BNPT Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar menyebutkan, mengingat perjuangan para pahlawan merupakan salah satu cara memperingati hari santri.

“Bagaimana jerih perjuangan para leluhur bangsa kita, para ulama, santri dan segenap komponen bangsa untuk melawan segala bentuk penjajahan, agresi dari pihak-pihak asing terhadap kita di masa lalu. Sehingga kita sekarang bisa hidup berkembang di alam kemerdekaan,” ujarnya.

Boy Rafli Amar menegaskan pentingnya mewaspadai dari pihak tertentu yang memanfaatkan anak bangsa, untuk menghancurkan bangsa sendiri. Maka pihaknya mengimbau agar, masyarakat untuk tetap bersatu menjaga silaturahmi dan toleransi.

“Kita bersatu, Hari Santri Nasional adalah hari yang penuh nilai-nilai kepahlawanan bagi kita semua. Tentu kita harus lestarikan nilai semangat juang dan bela negara itu,” katanya.

Kendati sudah ada fenomena buruk soal tindakan terorisme, Boy Rafli Amar memastikan hingga saat ini masih belum ada situasi yang menghawatirkan. Namun demikian, ia menegaskan untuk tidak dibiarkan.

“Kalau dibiarkan, nanti tiba-tiba kita dikejutkan. Ternyata karakter-karakter yang intoleran atau bukan karakter bangsa kita itu begitu mendominasi warga negara. Dan itu bahaya, meskipun tidak ada yang menghawatirkan saat ini. Tetap kita harus cegah,” tandasnya.

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz menanggapi hal itu dengan singkat. Menyoal fenomena intoleransi, dipastikannya para santri memahami cara mengatasi.

Sebabnya, kata ulama yang akrab disapa Gus Kikin ini, jika santri sejak dulu sudah diajarkan beberapa keilmuan tentang beragama maupun bertoleransi.

“Bagaimana keilmuan-keilmuan itu digunakan untuk membangun persatuan, ada di situ silaturahim, kemudian bagaimana kita menghormati orang lain. Dari dulu masih sama sampai sekarang,” tutur Gus Kikin.

“Itu semua ajaran-ajaran agama yang mana itu diwariskan oleh para nabi, sampai sekarang ini. Dan kita tetap jaga itu, kita akan lanjutkan, kita akan wariskan kepada generasi penerus. Supaya kita mampu menjaga harmoni dari bangsa ini,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *