Opini

Tidak Ada Sekolah untuk Menjadi Orangtua

105
×

Tidak Ada Sekolah untuk Menjadi Orangtua

Sebarkan artikel ini
Orangtua
Syaiful Bahri

Oleh : Syaiful Bachri

SAAT ini permainan Lato-lato sedang digandrungi anak-anak hingga dewasa.

Selepas pandemi Covid-19 mereda, munculnya pendidikan memakai gadget, media digital, banyak kalangan orangtua dibuat pusing karena anaknya kecanduan main gadget.

Tak sedikit dari gadget memicu tindakan kekerasan dan premanisme.

1. Anak merupakan titipan Tuhan

Menjadi orangtua adalah ketika Anda diberi titipan oleh Tuhan. Sebutan orangtua baru diberikan kepada orang dewasa yang sudah memiliki anak. Ada memang orang dewasa belum punya anak. Dia belum bisa disebut orangtua.

2. Anak tanggungjawab orangtua

Berstatus orangtua, di situ melekat tanggung jawab. Maka menjadi orang tua merupakan kesempatan yang diberikan Tuhan, kepada manusia untuk membentuk karakter anak.

Sehingga tugas mulia para orangtua ini, menuntut memiliki ilmu yang benar dalam membentuk karakter dan kualitas hidup anak.

3. Pemenuhan kebutuhan ANAK

Banyak orangtua sebagian hanya merasa tugasnya itu sebatas membuat anak bisa hidup. Cukup diberi makan, baju, dan tempat tinggal.

Hanya sebatas kebutuhan fisik. Padahal ada tugas lain yang lebih mulia, lebih hebat yaitu memenuhi kebutuhan otak dan daya pikirnya.

Bagaimana memprogram seorang anak menjadi pribadi yang lebih baik dari orangtuanya, lebih kaya, lebih santun dan lebih bermanfaat.

Begitulah sirkulasi kehidupan, dulu kita dibimbing dan dibesarkan orangtua dengan ilmunya, kini begitu kita menjadi orang tua giliran harus bertanggungjawab kepada anak kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

demokrasi
Opini

Oleh: Hadi Prasetya (*) Ketika kualitas proses demokrasi…