Opini

HMI Cabang Jember Siap Menantang Sombongnya Pergolakan Zaman

203
×

HMI Cabang Jember Siap Menantang Sombongnya Pergolakan Zaman

Sebarkan artikel ini
HMI
Ikhlasun Malik Fajar

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kemahasiswaan tertua di Indonesia, tentu memiliki kolektif memori yang panjang. Melalui tangan dingin Lafran Pane, pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H / 05 Februari 1947 M di Sekolah Tinggi Islam (sekarang bernama Universitas Islam Indonesia) berdirilah sebuah wadah para mahasiswa Islam untuk merespon situasi kemahasiswaan, keumatan dan kebangsaan pada saat itu.

Sejak awal kelahiran, misi ke-Indonesia-an dan keislaman menjadi fighting spirit dari keluarga besar himpunan dalam melawan agresi militer Belanda dan sekutu yang hendak kembali menjajah bumi Nusantara. Di samping menguatnya kelompok sosialis dalam pemerintahan Syahrir dan Amir Syarifuddin, serta mengerasnya persaingan mahasiswa sosialis versus Islam dalam gerakan kemahasiswaan-kepemudaan, di situ dan pada soal-soal itulah HMI hadir merespon tantangan zaman pada masanya.

Scroll untuk melihat berita

Setelah melewati fase-fase itu, organisasi ini tetap dan terus eksis hingga sekarang sebagai sebuah organisasi mahasiswa, perkaderan, serta perjuangan yang identik dengan nilai keislaman, ke-Indonesia-an serta kemodernan yang merupakan basis pergolakan pemikiran para founding father HMI. Situasi perkaderan komponen yang menjadi urat nadi organisasi, baik dalam arus kultural maupun struktural HMI dalam perjalanannya senantiasa dirawat sebaik mungkin, agar keberadaannya dapat dirasakan dan memberikan manfaat terhadap ummat dan bangsa.

Sebagai organisasi yang telah menginjak umur 76 tahun, HMI menurut ukuran umur manusia, secara psikologis telah melewati usia transisi dan kematangan berpikir bahkan jika umur HMI dipersamakan sebagian umur rata-rata masyarakat Indonesia, maka dia berada pada fase menunggu akan berpulang kepada Rabb-nya. Ditambah lagi kompleksitas tantangan sombongnya dunia hari ini akibat kemegahannya pada berbagai sektor kehidupan. Dalam konteks ini lah, apresiasi kita terhadap HMI menjadi sangat menarik untuk dielaborasi.

HMI tentu sangat diharapkan tetap mampu mentransformasikan gagasan dan aksinya terhadap rumusan cita yang ingin diwujudkan yakni “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT” maka aktivitas keseharian HMI harus senantiasa mendekatkan diri pada realitas masyarakat dan secara intens membangun proses dialektika secara objektif, dalam hal ini kader HMI harus memiliki keberpihakan terhadap kaum tertindas, serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini.Tentunya kelima kualitas insan cita tersebut akan terwujud ketika nuansa aktivitas organisasi berlandaskan pada kebutuhan, baik itu kebutuhan individu kader HMI maupun kebutuhan organisasi, ummat dan juga bangsa tentunya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *