Catatan

Gus Mifta, Sukses Padukan Ponpes dengan Jualan Pentol, Berikut Ceritanya

51
×

Gus Mifta, Sukses Padukan Ponpes dengan Jualan Pentol, Berikut Ceritanya

Sebarkan artikel ini
Gus Mifta
Gus Mifta bersama santri

Miftakhul Anwar (Gus Mifta) adalah mahasiswa magister ilmu komunikasi Unitomo Surabaya.

Dia juga dikenal sebagai pengusaha perlengkapan umroh.

Dia juga menjual alat-alat Pramuka.

Dia juga menjual sarung goyor tenun printing dan baju anak-anak.

Yang terkini, dia memadukan jualan pentol franchise dengan pondok pesantren mandiri yang dia dirikan. Pesantren itu dia namakan Pondok Pesantren Maha Karya Anak Bangsa.

Lokasinya di Dusun Duko Barat, Desa Laklak Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep.

“Alhamdulillah baru menginjak usia 2 tahun, dengan 3 santri yang menetap. Dan ada 10 santri yang belajar pulang pergi alias tidak mukim. Salah satu santri yang mukim berasal dari Garut Jawa Barat, Pulau Kangean, Sumenep, dan Desa Lodaya,” ujar Gus Mifta.

Pendidikan di Ponpes Mahakarya Anak Bangsa seperti apa?

Menurutnya, sudah tersusun rapi. Untuk materinya ada kurikulum menjadi pengusaha.

Dengan tagline nyantri satu tahun jadi pengusaha, pesantren ini ingin membuktikan bahwa memberdayakan umat berbasis pesantren sangat penting.

Hal itu mengingat fokus ke depan adalah mencetak generasi rabbani, mandiri, dan peduli terhadap umat.

“Jadi kami mendorong anak muda agar bisa menjadi mandiri, kuat secara finansial daj mental kemudian secara spiritual, ” ujarnya.

Untuk itu narasi yang disebarluaskan adalah bagi yang belum bisa bekerja, dan belum bisa kuliah dapatlah belajar di pesantren ini secara gratis.

Mereka di pesantren itu akan belajar menjadi pengusaha, dan bisa mandiri.

Kurikulum pendidikan pesantren ini di antaranya belajar dasar dasar bisnis, mental, mindset, mengenal bisnis para nabi, bisnis para sabahat, dream, foto produk, copywriting, manajemen, ladership, digital marketing baik itu SEO (search engine optimization), media sosial, marketplace, Shopee, lazada, dan banyak materi lainnya.

Selama 4 bulan belajar di pesantren Mahakarya Anak Bangsa ini akan memahami materi dasar kemandirian. Mereka sudah bisa mandiri.

“Santri dari Garut contohnya, Alhamdulillah sejak datang ke pesantren ini sudah tidak minta uang orang tua artinya dia sudah bisa mandiri,” ujar pemilik pesantren ini.

Salah satu kunci keberhasilan para santri adalah pendampingan, sehingga para mentor yang mengajarkan tidak lepas begitu saja dan akan didampingi, dilihat progresnya , dicoaching , dan dilihat perkembangannya.

Dia kini patut bersyukur karena para santri sudah bisa mandiri.

Para santri itu sudah banyak usaha yaitu ada yang jualan baju anak, jualan songkok, jualan poster, fokus di percetakan, ada juga yang jualan daster.

“Mohon doanya dan dukungannya, kami masih baru. Kami butuh dukungan agar kami bisa fokus di medan dakwah ini. Tiada hari tanpa kepedulian, tiada lain untuk generasi emas bangsa,” tandasnya.

Ke depannya Gus Mifta, manajemen pesantren berharap banyak anak muda yang mandiri, dan angka pengangguran di Indonesia turun.

Sebaliknya, tumbuh generasi produktif. Harapannya, aktivitas bermain game berkurang.

Pondok Pesantren Mandiri Mahakarya Anak Bangsa Sumenep Madura, menarik banyak pihak membersamai perjuangannya.

“Agar pesantren ini tidak berusaha sendirian, dan selalu bermanfaat untuk umat,” pungkas penjual pentol Kabul ini.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi beritabangsa.com

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *