Catatan

Cuaca Baru September Tak Surutkan Padatnya Aktivitas Dinda di Yogyakarta

330
×

Cuaca Baru September Tak Surutkan Padatnya Aktivitas Dinda di Yogyakarta

Sebarkan artikel ini
Suasana Jalan Malioboro Yogyakarta, Ketika Usai Hujan. foto : Faiz

Kedatangan Bantuan Tak Diundang

Dini hari kala itu juga, ia memilih pergi dari tempat menenangkan diri di sepanjang pedestrian Malioboro Yogyakarta. Ia kembali ke kontrakannya yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari tempat keramaian daerah istimewa Yogyakarta itu.

Scroll untuk melihat berita

Suhu udara makin dirasa dingin, sedangkan Dinda hanya berpakaian jaket berkulit tipis ketika perjalanan. Akibatnya, setelah sampai di kontrakan, badannya terasa dingin plus hangat meriang. Bahkan indra penciumannya, hampir tak terasa apa-apa.

Yah, ia mulai panik dengan cepat mencari koin dan minyak kayu putih. Berkali-kali ia gosokkan ke ujung hidung, hingga ke bagian tangan dan kaki. Sehingga ia kembali merasakan bau atau aroma yang sebelumnya tak tercium.

Dari situ, ia mulai merobohkan badan sebentar. Namun Dinda kembali bersandar, yang disebabkan merasa lapar. Mie instan yang aromanya menggoda, tercium hangat yang membuatnya mencari-cari di dapur.

“Tapi aku baru ingat, kalau aku tadi selama di jalan lupa gak beli sarapan atau mie instan buat makan. Tiba-tiba pas ke dapur itu, ada beras, telur, mie sedap goreng. Terus saya tanya ke teman, ternyata katanya dapat bantuan. Sementara yang saya tau, kami tidak pernah melakukan pengajuan,” katanya saat bercerita di keesokan harinya.

Guna memulihkan keadaan dan ketegaran tubuhnya, tak pikir lama Dinda langsung memasak barang bantuan tersebut. Sebabnya, 6 jam kemudian akan kembali melakukan aktivitas yang padat sejak pagi hingga larut malam.

“Setelah itu saya makan. Lalu menyisakan sedikit buat sarapan besok paginya, sebelum berangkat kuliah. Ya setelah makan itu saya langsung istirahat, ya tidur cuma 2 jam an kalau tidak salah. Setelah itu bangun untuk ibadah subuh, kemudian tidur lagi sekitar satu jam an,” beber Dinda.

Sekira 06.00 WIB, matahari belum muncul dari ufuk timur ketika Dinda melangkahkan kakinya ke ruang dapur. Dia menyalakan kompor gas. Sekali ceklek, kompor itu menyala. Namun api yang muncul kurang bergairah, menyala malas-malasan, warnanya tak lagi biru.

Dari itu, pikiran Dinda menandakan bahwa gas miliknya di dalam tabung tersebut sudah sekarat. Disebabkan waktu yang dinilai mepet, ia tak memilih untuk membeli. Namun ia lebih ke kamar mandi untuk mandi dan siap-siap untuk berangkat ke kampusnya.

“Gak sarapan, sarapannya pas waktu istirahat di kampus itu keluar sebentar. Ya hari itu sangat padat apa yang aku kerjakan, padahal aku ingin bersantai di cuaca baru Yogyakarta ini. Sejuk menyenangkan, tapi gimana lagi sudah jadi mahasiswa akhir,” katanya.

“Jadi intinya, cuaca baru Jogja tak menyurutkan padatnya aktivitas saya. Meski hujan, tetap berangkat kegiatan maupun ngampus, nugas. Dan di samping itu belajar dikit menata karir ke depan, jadi motivasi saya melakukan ini mumpung masih belum telat waktunya dan masih muda. Nanti mungkin akan terasa, tanpa ditunggu hasilnya,” lanjutnya memungkasi.

>>> Klik berita lainnya di news google beritabangsa.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *