Berita Utama

Unusa Fasilitasi Pertemuan Internasional, Bahas Islam Nusantara dan Perdamaian Dunia

73
×

Unusa Fasilitasi Pertemuan Internasional, Bahas Islam Nusantara dan Perdamaian Dunia

Sebarkan artikel ini
Islam Nusantara

BERITABANSA.ID – SURABAYA – Munculnya istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai toleransi dan bertolak belakang dengan ‘Islam Arab’ telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan penganut Islam di Indonesia.

Melihat situasi tersebut Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memfasilitasi bertemunya para pakar dari dalam dan luar negeri pada kegiatan Seminar Internasional yang membahas Islam Nusantara dan Perdamaian Dunia, Minggu (05/02/2023).

Scroll untuk melihat berita

Memasuki 1 abad Nahdlatul Ulama (NU), warga nahdliyin harus paham secara mendasar dan utuh akan istilah islam nusantara. Upaya pemaknaan memberikan kontribusi yang besar untuk memahami hakikat Islam Nusantara.

Sebagai suatu hal yang mendasar, warga nahdliyin harus mengetahui ciri atau karakteristiknya. Itulah pengantar dari Antropolog Belanda, Prof. Dr. Martin van Bruinessen.
Prof. Martin menerangkan, bahwa makna islam nusantara akan memberikan pemahaman awal pada seseorang yang berusaha memahami substansi islam yang ada di Indonesia dan di luar negeri.

Dengan kata lain, makna Islam Nusantara itu berfungsi membuka jalan awal bagi pemahaman seseorang dalam menggali dan mengkaji pemikiran, pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam yang mencerminkan dan dipengaruhi oleh kelokalan di Indonesia.

Islam Nusantara memiliki 2 sudut pandang, yang pertama, yaitu paham Islam dan implementasinya berlangsung di kawasan Nusantara sebagai akibat perpaduan antara agama dan budaya lokal, sehingga memiliki kandungan nuansa kearifan lokal (local wisdom).

Sedangkan yang kedua, merupakan Islam yang berkarakter Indonesia, tetapi juga sebagai hasil dari perpaduan antara nilai-nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal.

“Islam nusantara hanyalah sebutan atau konsep dari Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara. Tanpa disebut Islam Nusantara pun, pemahaman dan pengakuan pada budaya dan kearifan lokal sedari dulu dilakukan NU. Sejarah mengenal wali sanga atau wali sembilan yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa sejak abad ke-15. Mereka menggunakan metode dakwah yang lembut dengan akulturasi budaya lokal. Wayang yang merupakan budaya Hindu menjadi sarana dakwah Islam,” ungkapnya.

Pria yang mengajar di Utrecht University, Netherlands, menjelaskan, bahwa dalam mempelajari islam nusantara, masyarakat harus sejarah masuknya agama islam di nusantara (Indonesia), karena Islam Nusantara yang dibangun dengan penuh kelembutan dan keindahan ini masih menjadi kontroversi di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *