Beritabangsa.com, Surabaya – Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat untuk Pulau Jawa dan Bali terhitung tanggal 3-20 Juli 2021 sudah dilakukan diberbagai daerah Kabupaten/Kota, termasuk di Kota Surabaya.
Bukan hanya jam malam, penutupan tempat ibadah, mall, aturan keluar masuk wilayah, maupun penutupan jalan juga masuk dalam skema PPKM Darurat yang selama ini dikeluhkan masyarakat. Bahkan, pemadaman lampu jalan saat pukul 20.00 WIB di beberapa kabupaten kota, tak luput dari perhatian masyarakat.
Polemik PPKM muncul di berbagai Kabupaten Kota, tak terkecuali Surabaya. Hal ini mengundang beragam reaksi warga, diantaranya aktivis perempuan yang Mei lalu mendapat penghargaan Tokoh Millenial Literasi Jatim, ning Lia Istifhama.
“Situasi sekarang sangat kontra, jauh berbeda dengan masa kampanye Pilwali Surabaya 2020 lalu. Sejak September hingga Desember, ramai kampanye di berbagai sudut gang. Suasana saat itu sangat hidup dan tidak ada kesan kepanikan pandemi. Bahasa Suroboyoane, Corona wes ilang. Semua bahagia dan berpikir pandemi berakhir, tapi ternyata tidak di 2021 ini.” Ungkap Lia Istifhama, Selasa (6/7/2021).
Tak menampik lonjakan Covid 19 yang mengharuskan PPKM, Ketua DPP Perempuan HKTI Jawa Timur itu berharap pemerintah melihat fakta lapangan agar masyarakat selalu sabar dan tetap patuh protokol kesehatan.
“Kalau kita bicara jujur, masyarakat sebenarnya berusaha patuh pada protokol kesehatan. Kalaupun ada yang bandel, itu kan tidak bisa dipukul rata semuanya nanggung akibatnya. Tapi ayolah dilakukan penelitian yang ilmiah, observasi yang detail dan komprehensif. Ada analisa kritis relevansi kepatuhan prokes dengan tingkat Covid 19. Harapan saya, kalau kebijakan selalu mengedepankan fakta lapangan, insya Allah ini akan menguatkan masyarakat agar selalu sabar dan patuh prokes.”
Putri alm. KH Masykur Hasyim tersebut menambahkan, bahwa kepanikan bukan solusi.
“Yang saya tahu saat saya ikut PMR (Palang Merah Remaja) di sekolah, selalu ditekankan sikap tenang saat merawat pasien. Hal ini karena sikap tenang dan optimis pasien menjadi stimulus kesembuhan. Harapan saya, inilah yang diutamakan. Ayo sama-sama bergandengan tangan menciptakan ketenangan, karena kepanikan bukan solusi.”
Ibu dua anak yang seringkali menulis tentang pentingnya pendidikan, sebelumnya menyampaikan keprihatinan publikasi atas kebijakan Eri Cahyadi yang menyiapkan ratusan peti mati korban Covid 19. Hal yang sama diutarakannya terkait Tour of Duty yang berisi skema sanksi bagi pelanggar aturan PPKM darurat di Surabaya.
“Tolong dipikir secara utuh, holistik. Bahwa masyarakat adalah manusia. Maka marilah ambil kebijakan yang lebih humanis, yang bisa memberikan dampak sosial yang positif. Dalam hal ini, ayo dipahami bagaimana jeritan hati masyarakat yang secara perekonomian terdampak aturan PPKM. Para PKL, dan sebagainya. Insya Allah, kalau ada upaya persuasif, bergandengan tangan dan mau mendengar keluh kesah mereka, kebijakan humanis mudah diwujudkan.”
Ditambahkan oleh Ning Lia, upaya persuasif akan membentuk ketenangan sehingga secara psikologis, memberikan dampak peningkatan imun bagi masyarakat.
Reporter : Ali Wafa
Publisher : Maab